A.
PENDAHULUAN
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal
dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme
pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan
bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan
hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi
tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta
yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan
masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan
sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4)
sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad
19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak
pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848),
sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya
sejarah umat manusia.
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori
sosialisme yang menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan
bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada Negara. Tidak akan dilakukan
teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran
ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk
pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Bentuk
sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan
sosial di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard
Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir,
1988:90).
Istilah “sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan
untuk menunjuk negara yang menganut paham sosialisme “ moderat” yang dilawankan
dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain bagi “komunisme”. Hal ini
ditegaskan mengingat dalam proses perkembangannya di Negara Barat yang pada
mulanya menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis
(sosialis demokrat) ( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling
menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah
sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme
melalui revolusi.
Sosialisme adalah ajaran
kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana
produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979:
309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah
Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru
berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848).
Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan
”komunisme” secara bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn
sebab Marx ingin membedakan teorinya yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “
sosialisme utopia” untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga
karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti
“sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991:
127).
Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara
“komunis”. Istilah “sosialis” lebih disukai daripada “komunis” karena dirasa
lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi
dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas”
sebagai masyarakat sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “
Negara sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara
demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu Negara
yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk
organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan
“sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi politik
adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan
politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata
melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa
kekerasan.
Pertalian antara demokrasi dan sosialisme merupakan satu-satunya unsur yang
paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Ditinjau dari segi sejarah
sosialisme, segera dapat diketahui gerakan sosialis yang berhasil telah tumbuh
hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi demokrasi yang kuat,
seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia, Belgia
(William Ebenstein, 1994: 213). Mengapa demikian sebab pemerintahan yang demokratis
dan konstitusional pada umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan
perhatian pada programnya yang khusus, meskipun program itu tampak terlalu luas
yakni: menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang
berkedudukan rendah mengakhiri ketidaksamaan yang didasarkan atas kelahiran dan
tidak atas jasa, membuka lapangan pendidikan bagi semua rakyat, memberikan
jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua dan
sebagainya.
Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal
yaitu membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas pemakaian
prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke lapangan bukan politik dari
masyarakat. Sejarah menunjukkan, masalah kemerdekaan merupakan dasar bagi
kehidupan manusia. Kemerdekaan memeluk agama-kepercayaan, mendirikan organisasi
politik dan sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi
telah tertanam kuat dalam hati dan pikiran rakyat, maka kaum sosialis dapat
memusatkan perhatian pada aspek lain. Sebaliknya, di Negara yang masih harus
menegakkan demokrasi, partai sosialis harus berjuang untuk dapat merealisasikan
ide tersebut. Misalnya di Jerman masa kerajaan kedua (1870-1918) yang bersifat
otokratis, partai sosialis demokratis senantiasa bekerja dengan rintangan yang
berat. Lembaga parlementer hanya sebagai selubung untuk menutupi pemerintahan
yang sebenarnya bersifat diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum sosialis
demokrasi dianggap sebagai” musuh-musuh Negara”, dan pemimpin partai yang lolos
dari penangkapan melarikan diri ke Inggris dan Negara Eropa lainnya. Demikian
pula pada masa republik Weiner (1919-1933), partai sosial demokratis Jerman
juga tidak berdaya karena tidak ada pemerintahan yang demokratis.
Di Rusia sebelum 1917, keadaan lebih parah lagi, Rezim Tsar yang despotis
malahan sama sekali tidak berpura-pura dengan masalah pemerintahan demokratis.
Jadi tidak mungkin ada perubahan sosial dan ekonomi dengan jalan damai,
sehingga apa yang terjadi ialah revolusi oleh kaum komunis.
Perang Dunia (PD) II memberikan gambaran lebih jelas tentang masalah di
atas. Menjelang tahun 1936 partai sosialis di Perancis merupaksn partai yang
terkuat. Selama PD II di bawah kedudukan Jerman, kaum komunis lebih banyak
bergerak di bawah tanah, mengadakan teror dan bertindak di luar hukum
sebagaimana sifatnya dalam keadaan normal pun juga demikian, memperoleh
pengikut yang lebih banyak, sehingga menjadi partai yang terkuat di Perancis.
Berbeda dengan yang berada di Inggris, kaum sosialis dalam pemilihan umum
tahun 1951, memperoleh suara 6 kali pengikut yang lebih banyak jumlahnya
apabila dibandingkan dengan suara yang didapat kaum komunis. Bukti tersebut
tidak hanya diberikan oleh Inggris Raya, tetapi juga oleh Negara-negara
demokratis lainnya yang mempunyai gerakan–gerakan sosialis yang kuat. Hal ini
menunjukkan bahwa kemerdekaan sipil yang penuh dapat menangkal fasisme dan
komunisme .
Apabila orang ingin memberikan tingkat kepada Negara-negara demokratis
dewasa ini, terutama dalam masalah kemerdekaan sipil, maka Inggris, Norwegia,
Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia Baru dan Israel akan
berada di Puncak daftar. Di Negara itu dalam masa terakhir berada di bawah
pemerintahan sosialis atau kabinet-kabinet koalisi yang di dalamnya kaum
sosialis memperoleh perwakilan yang kuat (William Ebenstein,1994: 215).
Kesejajaran di atas tidaklah rumit untuk ditelusuri, kaum sosialis
demokratis menyadari akan kenyataan bahwa, tanpa kesempatan-kesempatan yang
diberikan oleh pemerintahan konstitusional yang liberal mereka tidak akan
sampai pada tangga pertama. Sekali mereka berkuasa dalam pemerintahan, kaum
sosialis masih tetap mempertahankan psikologi oposisi. Sebab mereka tahu bahwa
dengan memegang kekuasaan politik belum berarti soal-soal organisasi sosial dan
ekonomi dengan sendirinya akan terpecahkan . Dengan kata lain, sebelum kaum
sosialis mengambil alih pemerintahan, mereka beroposisi terhadap pemerintah dan
kelas-kelas yang berpunya; setelah mereka mendapat kekuasaan dalam pemerintahan,
psikologi oposisi yang ditunjukkan terhadap status quo ekonomi perlu tetap ada.
Demokrasi dan sosialilsme merupakan dua ideologi yang sekarang nampak
diannut di berbagai Negara yang bukan Fasis dan bukan Komunis. Dalam keadaan
sekarang tidak mudah merumuskan pengertian demokrasi . Berbagai macam demokrasi
telah berkembang menjadi berbagaai bentuk masyarakat. Demokrasi Inggris modern
atau demokrasi Swedia lebih dekat dalam beberapa hal pada sosialisme Negara di
Soviet Rusia dibandingkan dengan sistim ekonomi Amerika Serikat . Akan tetapi
dalam soal-soal perorangan dan kemerdekaan politik hal sebaliknya yang berlaku
. Berbeda lagi yang ada di Amerika Serikat mungkin dapat disebut “demokrasi
kapitalis”. Disebut demikian karena yang tampak hanya demokrasi politik, tetapi
tidak cukup ada apa yang dinamakan demokrasi ekonomi dengan tetap adanya
freefight ekonomi yang memungkinkan beberapa gelintir orang menjadi kapitalis
yang amat kaya .
Demokrasi ekonomi dan disamping itu demokrasi sosial dapat diketemukan dalam
idiologi sosialisme, yang pada prinsipnya menjurus kepada suatu keadilan sosial
dengan semboyan : kepada seorang harus diberikan sejumlah yang sesuai dengan
nilai pekerjaanya. Akan tetapi untuk mencapai itu, pemerintah sering harus
campur tangan dengan membatasi keluasaan gerak-gerik para warganegara. Sampai
di mana ini berlaku, tergantung dari keadaan setempat di tiap-tiap Negara (
Wiryono P., 1981: 137) .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sosialisme hanya dapat berkembang
dalam lingkungan masyarakat dan pemerintahan yang memiliki tradisi kuat dalam
demokrasi . Pada saat kaum sosialis berhasil memegang kekuasaan, pemerintahan
masih tetap diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk ikut ambil bagian (
sebagian oposisi) ) dan mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang diperoleh
tidak bersifat permanen .
Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini
mungkin karena kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan
doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan
tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan
garis kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun garis-garis besar
pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli
sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa yang muncul dari pemikiran dan
kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan
utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki
doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan
dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur pemikiran dan politik sosialis yang rumit dan saling
bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur
yang ada dalam gerakan sosialis Inggris adalah:
1.
Agama,
2.
Idealisme Etis dan
Estetis,
3.
Empirisme Fabian,
4.
Liberalisme
(Willian Ebenstein,1985:188).
1.
Agama
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles
dikemukakan bahwa… dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan
yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para
pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk
tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai
ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.
Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang
biarawan yaitu frederich Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak
kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan menjadi sumber penting untuk
perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis kemudian. Prinsip yang menjadi
pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang mendasarkan bahwa
sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.
Pada tahun 1942, Uskup Agung Centerbury, William
Temple dalam bukunya Christianity and Sosial Order
mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Temple beranggapan
bahwa setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau selamanya memerlukan
memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja ikut
mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu mengarah pada perkembangan sifat
kekristenan dan jika jawabannya sebagian atau seluruhnya negatif, gereja harus
berusaha sedapat mungkin menjamin perubahan dalam system ekonomi tersebut
sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi sekutu dalam Kristen itu.
Adanya perhatian agama Kristen yang bersifat praktis
ini sangat kuat terasa selama pengaruh terakhir abad 19. Kesungguhan moral dan
kejujuran merupakan ciri masa ini. Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan
merupakan syarat penting untuk memperoleh keselamatan. Akan tetapi tetap
menekankan pentingnya perbuatan dan penyelamatan dengan kerja. Banyak pemimpin
sosialis dari generasi yang lebih tua seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps
dididik dalam suasana dimana agama mempunyai pengaruh yang kuat.
2.
Idealisme Etis
dan Estetis
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi
sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah
suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis
seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau
ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan
miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris
mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain,
karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme
akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris.
Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan
desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx melakukan pendekatan terhadap kapitalisme
industri dalam kerangka hukum kosmis seperti perkembangan sejarah dunia menurut
hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan, filsafat materialisme, maka
Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di sekitarnya ia melihat barang dan
perlengkapan rumah tangga yang jelek serta kehidupan manusia yang menampakkan
keceriaan dan keindahan dalam kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah
manusia bukan system. Ia merasakan bahwa seni harus dikembalikan dalam
kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada setiap orang harus diberi
jalan penyalurannya dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung
segi negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa yang secara fisik dan
moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemelaratan,
tetapi tidak merumuskan program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang
dikritiknya. Meskipun demikian pemberontakan estetika dan etika ini membawa
pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana
nantinya sosialisme mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3.
Empirisme
Febian.
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan
Inggris. MasyarakatFebian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang
jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur
waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus
menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan
serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu
sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Para pendiri dan anggota pertama masyarakat Febian
adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb,H.G.Wells dan Grahan
Wallas. Dalam penelitian sejarah tentang landasan yang dilakukan oleh Sidney
Webb, seperti dalam buku Febian Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi
filsafat dasar sosialisme. Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak
dapat dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia
menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat berbeda dengan
kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh Marx.
Webb menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat
terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi . Perubahan
tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi: pertama perubahan itu harus
bersifat demokratis , kedua perubahan itu harus secara bertahap, ketiga
perubahan itu harus sesuai dengan moral masyarakat, keempat perubahan tersebut
harus melalui prosedur dan menggunakan cara damai.
Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya untuk
meyakinkan sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi : pertama
orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam kehidupan
masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang dibutuhkan waktu lama itu
berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua mereka harus bersikap dan
bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak dianggap sebagai kaum ekstrimis.
Orang-orang dengan kualifikasi seperti itu dapat dijumpai dalam semua partai
politik. Untuk itu kelompok Fabian tidak hanya menggarap kaum konservatif saja,
tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme sering digambarkan sebagai pembaharuan
tanpa kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang kelas, emperialisme
politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun organisasinya kecil, namun
masyarakat Febian membawa pengaruh yang besar. Dalam pemilihan tahun 1945
menampilkan untuk pertama kalinya pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada
mayoritas dalam parlemen 229 dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh
berasal dari kelompok Febian dan lebih dari separuh pejabat pemerintah,
termasuk Attlee (Perdana Menteri 1945-1951) juga orang-orang Febian.
4.
Liberalisme(Willian Ebenstein,1985:188).
Liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting
bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak
Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang
menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang
menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya
Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya ,tetapi hasil yang
telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik
Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap
prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir,
berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang
penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan
politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh
mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal
sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.
Karena masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada
lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan
suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.Liberalisme
biasanya menjadi aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system
dua partai seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka
Partai Buruh merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.
Liberalisme telah memberikan sumbangan yang cukup
besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris. Karena pengaruh Liberalisme
para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta
lebih menghargai kebebasan individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh
menjadi sebuah partai nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas.
Liberalisme juga telah mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa
pembaharuan dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan
yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah
dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial
terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan
telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang,
bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial
baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai
Buruh mencerminkan pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap
susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara
(dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi
partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai
liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari
kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi
keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1)
pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan
(Anthony Crosland, 1976: 265-268).
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark
dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang
kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau
kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi
tipe reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau
komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika
melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan
misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan
kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis
demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan
pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat
untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan era
menggejolaknya aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis. Pada
permulaan tahun 1960 banyak diantara partai sosialis demokrat Eropa yang
melepaskan dengan hubungan ikatan-ikatan idiology Marx. Mereka mengubah
sikapnya terhadap hak milik privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak
milik kolektif secara total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “
menyempurnakan ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran.
Akibatnya disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern
welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat gradual.
Menurut Milton H Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu
gerakan yang berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui
tindakan (1) memperkenalkan adanya hak milik privat atas alat-alat produksi (2)
melaksanakan pemilikan oleh Negara (public ounership) hanya apabila hal
tersebut diperlukan demi kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara
maksimal atas perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna
mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan ( Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara berkembang ?. Negara-negara miskin
berhasrat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan
dalam negeri pertumbuhan ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk
mencapai srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua
cara untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah
digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini
Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.
Dalam menghadapi masalah modernisasi ekonomi Negara-negara berkembang pada
umumnya tidak mau meniru proses pembangunan kapitalis Barat atau jalur
pembangunan komunisme. Mereka menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan
kondisi masing-masing Negara. Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam
konteks negara terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama
di dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial .
Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering berarti
persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum. Arti
Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada perancangan ( Willan
Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan
Negara yang lebih makmur karena perbedaan situasi histories. Di dunia Barat
sosialisme tidak diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang
belum maju, tetapi cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih
merata. Sebaliknya, sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun
suatu perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan
pendidikan masa rakyat , maka sosialisme di negara Barat pada umumnya
berkembang dengan sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap (seperti
di Inggris dan Skandinavia) , sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering
berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan
imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme
di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek
otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.
Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya mensintesakan pemerintahan
yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka mereka menganggap bahwa
pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi memperjuangkan pembangunan
ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan pemilikan industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan
sampai tahun 1965 pernah pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia
.Apakah itu sebagai akibat pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang
memang sesuai dengan kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde
BAru “sosialisme” itu tidak terdengar lagi .
Adanya perbedaan pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan
kepada kita bahwa suatu ideology politik yang dianut oleh suatu Negara belum
tentu cocok untuk negar lain . Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya
untuk pengembangan pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional
seperti yang terumuskan dalam UUD 1945.
E.
KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang
berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi
secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan
dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan
politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata
melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa
kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di
bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan
, kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan
kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti
sosialisme utopia , sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai
aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya
seperti Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa
yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam
gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup :
a)
Agama ;
b)
Idealisme etis
dan estetis ;
c)
Empiris fabian
; dan
d)
Liberalisme .
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan
kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak
bersifat internasional.
Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme
berarti cita-cita keadilan sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian
dunia yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.
Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara
mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara
berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang
belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan
tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat .
Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan
kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi,
persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai
ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan
politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan
kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara
merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti
sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai
aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya
seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki
tradisi demokrasi yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Alfian . (1976)
Ideologi , Idealisme dan Integrasi Nasional , dalam Yahya Muhaimin , Masalah-
masalah Pembangunan Politik . Yogyakarta : Gajah Mada University Press .
2.
Anthony
Crosland . ( 1978) . “ Sosialisme Sekarang “ , dalam Andrew Blowers dan Grahane
Thomson , Ketidakmerataan , Konflik dan Perubahan .Jakarta , Universitas
Indonesia Press.
3.
Fans Magnis .
(1975) . Etika Sosial . Jakarta :
4.
Lyman Tower
Sargent . ( 1984) . Ideologi –Ideologi Politik Kontemporer . Alih Bahasa AR
Henry Sitanggang. Jakarta : Erlangga.
5.
Miriam Budiardjo
. ( 1981) . Dasar-Dasar Ilmu Politik . Bandung Alumni .
6.
Soemardjo . (
t.t) Sejarah Sosialisme di Eropa Dari Abad ke-19 Sampai 1914 . Jakarta :Harapan
Masa .
7.
Sutarjo
Adisusilo . (1991) . Kapita Selekta Sejarah Eropa Abad XVIII-XIX . Yogyakarta :
IKIP Sanata Dharma .
8.
Walter Ode J .
( 1990) . “ Sosialism” dalam The Encyclopedia Americana . Volume 25 .
Connecticut : Glolier Incorporated .
9.
William
Ebenstein . (1994) . Isme-Isme Dewasa Ini . Jakarta : Erlangga .
10. Winardi . (1986) . Kapitalisme Versus Sosialisme . Bandung : Remaja Karya .
11. Wiryono Prodjodikoro . ( 1981) . Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik .
Bandung : Eresco .
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan komentar tentang artikel ini. jimmydj81.blogspot.com berhak menyaring Komentar yang akan ditampilkan.