Awalnya,
istilah “ideologi” dimaksudkan oleh penciptanya. Destrut de Tracy (1796) dkk,
sebagai “Ilmu ide” yang diharapkan mampu membawa perubahan institusional, mulai
dari pembaharuan menyeluruh atas sekolah-sekolah di prancis. Tracy memberikan
definisi ideologi adalah suatu sistem ide, yang mencoba melepaskan diri dari
hal-hal metafisis. Para ideolog untuk kurun waktu tertentu menikmati posisi
pembuat kebijakan dalam kelas II (ilmu-ilmu moral dan politik) di Institut
nasional. Tetapi pertentangan dengan napoleon, menyebabkan Napoleon Banaparte
(penuh mistik) berusaha untuk menghapus usaha pembaharuan dalam institut
(1802-1803). Ia memecat anggota-anggotanya sebagai tukang khayal tak berguna
dan membuat mereka sebagai bahan cemoohan. Ideologi juga bisa diartikan sebagai
seperangkat sistem dan tata nilai dari berbagai kesepakatan-kesepakatan, yang
harus ditaati dalam sebuah kelompok sosial. Ideologi adalah motivasi bagi
praksis sosial yang memberikan pembenaran dan mendorong suatu tindakan.
Ideologi mendorong untuk menunjukkan bahwa kelompok sosial yang diyakininya
mempunyai alasan untuk ada.
Dalam
sejarah pertarungan sosial dan politik dunia, ideologi juga tidak jarang banyak
mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa demi sebuah perjuangan membela
ideologi. Apalagi kalau ideologi sudah masuk pada ranah politik dan kekuasaan.
Demi sebuah ideologi, 600.000 orang tewas karena terlibat (atau tertuduh)
sebagai PKI dalam aksi “balas dendam” yang legal sehabis tragedi 30 September
1965 di Indonesia. Kemunculan tiga arus besar ideologi dunia (baca:
kapitalisme, sosialisme-komunisme, dan fasisme) serta perkembangan dahsyat
gerakan sosial dan ilmu pengetahuan yang diikuti oleh munculnya teori-teori
baru beserta prediksi-prediksi ilmiah mau tidak mau menyeret wacana ideologi
dalam perbincangan hangat di kalangan kaum intelektual. Tapi menjadi agak
mustahil membincangkan ideologi dalam kerangka konseptualnya tanpa memahami
lebih dahulu bagaimana sejarah yang telah menyusunnya. Dengan pelan-pelan meski
sangat sederhana, mari kita membuka catatan-catan sejarah itu.
A. KAPITALISME
Karl Marx membagi
perkembangan umat manusia dalam analisis prediktifnya dari mulai masyarakat
Primitif/Tradisional ke Feodal ke Kapitalis ke Sosialis/Komunis. Akan tetapi
dalam gerak laju sejarahnya, ternyata analisisnya Karl Marx meleset. Hingga
hari ini ternyata kemenangan dari semua ideologi dunia adalah Kapitalisme
Liberal (Baca: Francis Fukuyama). Awal munculnya kapitalisme, yang fenomena
historisnya ditemukan oleh Karl Marx kemudian menjadi sebuah sistem dunia,
dapat dilacak dari terjadinya transisi historis zaman feodalisme. tepatnya pada
akhir abad XIV awal abad XV ketika orang-orang Eropa berhasil mengatasi
persoalan hambatan geografis. Solusi dari hambatan geografis diatas berawal
dari ditemukannya kompas sebagai penunjuk arah dan berkembangnya pengetahuan
kelautan. kolaborasi dari dua penemuan baru tersebut membuat watak ekspansionis
bangsa Eropa menemukan momentum dan ruang geraknya. Sejak saat itulah
penaklukan dunia yang fenomena historisnya berbentuk imperialisme-kolonialisme
di berbagai belahan dunia oleh bangsa Eropa dimulai. Bangsa Eropa datang
kebeberapa benua dunia diantaranya benua Amerika, Afrika, Asia sebagai penakluk
untuk mengeruk kekayaan alamnya, memperbudak penduduk asalnya sekaligus
mengumumkan pengukuhan dirinya sebagai ras yang paling unggul dari ras dan
bangsa-bangsa lain. Ajarannya adalah manusia berbudaya adalah orang-orang kulit
putih dari Eropa, sedangkan diluar orang-orang berkulit putih Eropa adalah manusia-manusia
barbar yang biadab.
Sejak saat itu pula
hierarkhis-dikotomis kebudayaan mulai ditancapkan dalam benak manusia dunia.
bahwa hanya orang kulit putihlah yang paling unggul dan harus ditiru, yang
dikemudian waktu klaim ini membuat motivasi tersendiri bagi mereka untuk
melakukan praktek imperialisme-kolonialisme tidak hanya terbatas dalam ruang
ekonomi-politik, akan tetapi lebih jauh dari itu adalah penjajahan cultur dan
kebudayaan masyarakat terjajah untuk diseragamkan dengan budaya orang kulit putih.
Atas dasar itulah, tidak salah kalau dikatakan bahwa munculnya kapitalisme
sebagai suatu sistem dunia pararel atau beriringan dengan dimulainya praktek
imperialisme-kolonialisme jagad raya. Dan dari imperialisme-kolonialisme inilah
akumulasi modal mulai terkonsentrasi di berbagai belahan wilayah Eropa,
terutama di Inggris.
Dudly Dillard, secara
kronologis membagi sejarah muncul dan perkembangan kapitalisme, terutama
kapitalisme industrial, menjadi tiga fase perkembangan, yakni kapitalisme fase
awal ( 1500-1750), kapitalisme fase klasik ( 1750-1914) dan kapitalisme fase
lanjut (1914-1945). Memang harus diakui bahwa tidak ada kesepakatan oleh para
ahli mengenai definisi kapitalisme, akan tetapi mereka umumnya sepakat bahwa
kapitalisme adalah satu sistem ekonomi yang berlandaskan pada filsafat
individualisme-liberalisme yang memiliki implikasi kebebasan manusia untuk
mengekploitasi apapun yang dapat menguntungkan individu tersebut.
Pertama, Kapitalisme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750), yaitu kapitalisme yang bertumpu pada industri sandang di Inggris. Kapitalisme pada masa ini masih sangat sederhana. yaitu ditandai dengan praktek permintalan benang yang masih mengunakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industri sandang dibeberapa pedesaan di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat pesat. Pemasukan keuangan negara yang pada awalnya hanya berasal dari pajak rakyat mulai bertambah dengan pendayagunaan surplus sosial (semacam tabungan sosial dari beberapa pabrik sandang).
Pertama, Kapitalisme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750), yaitu kapitalisme yang bertumpu pada industri sandang di Inggris. Kapitalisme pada masa ini masih sangat sederhana. yaitu ditandai dengan praktek permintalan benang yang masih mengunakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industri sandang dibeberapa pedesaan di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat pesat. Pemasukan keuangan negara yang pada awalnya hanya berasal dari pajak rakyat mulai bertambah dengan pendayagunaan surplus sosial (semacam tabungan sosial dari beberapa pabrik sandang).
Dari pemakaian sistem
inilah, kapitalisme semakin menempati posisi yang aman dari kontestasinya
dengan sistem ekonomi sebelumnya. Kalau pada sistem ekonomi yang diterapkan
sebelum sistem kapitalisme, dana surplus sosial selalu digunakan untuk membuat
tanda-tanda kejayaan suatu masa dengan membangun piramida-piramida atau
katedral-katedral sebagai lambang kemegahan dan kejayaannya, maka ketika sistem
kapitalis ini dipakai, dana yang awalnya dipakai untuk hal-hal diatas dialihkan
untuk membuat infrastruktur dan supra struktur baru dalam bidang ekonomi
seperti membangun usaha perkapalan, pergudangan, persiapan dan
penyediaanbahan-bahan mentah, dan berbagai bentuk penanaman modal lainnya.
dengan demikian, surplus sosial yang pada awalnya selalu habis bahkan defisit,
berubah menjadi perluasan kapasitas produksi.
Ada sekian banyak momentum penting yang membuka peluang perkembangan kapitalisme menjadi semakin tak terbendung. mulusnya perkembangan kapitalisme di atas tidak bisa dilepaskan dari beberapa momentum-momentum penting yang menjadikan perkembanagn kapitalisme berjalan mulus antara lain, Pertama, munculnya gerakan perlawanan (protestanisme) dari kaum calvinis yang dipimpin oleh Marlin Luther King terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai kehidupan didunia. Kedua, penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni) untuk kemudian dipakai sebagai alat transaksi yang distandarisasi. dan terakhir adalah kuatnya back up dari kekuasaan saat itu. dari sinilah kemudian, perkembangan kapitalisme seakan tidak mengalami hambatan yang berarti.
Kedua adalah Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914). Fase ini ditandai dengan bergesernya sistem pembangunan kapitalisme dari sistem perdagangan (merkantilisme) ke sistem industri, tepatnya ketika terjadi revolusi industri di Inggris yang kemudian menjadikan masa ini sebagai masa transisi dari dominasi modal perdagangan ke dominasi modal industri. Perubahan sistem ini dilatarbelakangi oleh perkembangan baru dalam keilmuan manajemen-organisasi dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. dengan latarbelakang diatas itulah, laju kapitalisme semakin tidak terbendung karena sistem produksi yang pada masa kapitalisme awal hanya ditopang oleh infra struktur dan supra struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai sistem modern dengan didukung oleh industri yang berbasis tekhnologi maju.
Ada sekian banyak momentum penting yang membuka peluang perkembangan kapitalisme menjadi semakin tak terbendung. mulusnya perkembangan kapitalisme di atas tidak bisa dilepaskan dari beberapa momentum-momentum penting yang menjadikan perkembanagn kapitalisme berjalan mulus antara lain, Pertama, munculnya gerakan perlawanan (protestanisme) dari kaum calvinis yang dipimpin oleh Marlin Luther King terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai kehidupan didunia. Kedua, penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni) untuk kemudian dipakai sebagai alat transaksi yang distandarisasi. dan terakhir adalah kuatnya back up dari kekuasaan saat itu. dari sinilah kemudian, perkembangan kapitalisme seakan tidak mengalami hambatan yang berarti.
Kedua adalah Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914). Fase ini ditandai dengan bergesernya sistem pembangunan kapitalisme dari sistem perdagangan (merkantilisme) ke sistem industri, tepatnya ketika terjadi revolusi industri di Inggris yang kemudian menjadikan masa ini sebagai masa transisi dari dominasi modal perdagangan ke dominasi modal industri. Perubahan sistem ini dilatarbelakangi oleh perkembangan baru dalam keilmuan manajemen-organisasi dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. dengan latarbelakang diatas itulah, laju kapitalisme semakin tidak terbendung karena sistem produksi yang pada masa kapitalisme awal hanya ditopang oleh infra struktur dan supra struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai sistem modern dengan didukung oleh industri yang berbasis tekhnologi maju.
Dalam bidang pemikiran, pada
saat yang sama muncul seorang ekonom Inggris, Adam Smith dengan karyanya
Inquiry into the nature and causes of the wealth nations (1776). Dalam buku
tersebut, Adam Smith menawarkan satu sistem ekonomi yang akan membawa
kesejahteraan masyarakat eropa saat itu yakni sistem ekonomi liberal. Doktrin
utama dari sistem ini adalah menyerahkan semua keputusan-keputusan ekonomi
kepada pasar dengan membongkar atau bahkan menghilangkan peran negara
sedikitpun. Kebijakan ini mulai dilajankan setelah revolusi Prancis dan perang
napoleon sebagai masa hancur-totalnya sisa-sisa sistem feodal. Turunan dari doktrin
diatas termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan, perdagangan bebas,
standarisasi keuangan yang kuat (dengan emas), pembuatan anggaran belanja yang
seimbang, penghapusan subsidi sosial dll. Singkatnya, sistem ini memulangkan
segala persoalan kepada masing-masing individu dan interaksi yang tidak diatur
akan menghasilkan akibat-akibat sosial yang dicita-citakan.
Begitulah kapitalisme
liberal terus berjalan sampai mengalami berbagai pertentangan internal
(anomali) antar negara kapitalis itu sendiri yang kemudian mengakibatkan
meletusnya perang dunia I pada tahun 1914-1918 antara kekuatan negara kapitalis
baru (Jerman, Jepang dan perancis) dengan negara bos kapitalis Inggris. Akibat
dari Perang Dunia I tersebut adalah perubahan besar mengenai pembagian koloni-koloni
tanah jajahan yang menguntungkan negara yang menang perang.
Ketiga, Fase Kapitalisme
Lanjut (1914-1945). Fase ini ditandai dengan peristiwa bergesernya dominasi
modal dari belahan dunia Eropa ke negara adi daya baru Amerika Serikat yang
dilatarbelakangi oleh hancurnya sistem ekonomi Eropa akibat perang yang
berkepanjangan yang mengakibatkan terjadinya krisis besar-besaran dihampir
negara kapitalis Eropa, terutama Inggris yang pada awalnya sebagai negara
kapitalis Eropa terkaya. selain itu ada tiga momentum besar di dunia
internasional saat itu, yakni terjadinya perang dunia pertama, munculnya
perlawanan dari dunia terjajah (Asia-Afrika) terhadap praktik imperialisme
kolonialisme yang telah berjalan cukup lama, dan suksesnya revolusi Bolsevik 1917
di Rusia yang menghancurkan sistem feodalisme kaesar Tsar saat itu. Dari ketiga
momentum inilah beberapa negara kapitalis Eropa dan Amerika mengalami greet
depression atau depresi ekonomi dunia besar-besaran. Dari kejadian itulah dunia
mengalami resesi ekonomi, harga-harga saham wall street jatuh pada harga yang
terendah dalam sejarah dan meningkatnya jumlah penganguran secara drastis. Dari
peristiwa diatas, negara-negara kapitalis saat itu mulai merubah kebijakan
ekonominya dari sistem liberalis yang tidak memberikan ruang jaminan sosial
sedikitpun kepada masyarakat pada sistem ekonomi negara kesejahteraan (walfare
state).
Sebenarnya perubahan sistem
kapitalisme saat itu bukan hanya sekedar memberikan hak-hak rakyat yang selama
ini terampas oleh keserakahan kaum kapitalis sebagaimana alasan diatas, akan
tetapi lebih mendasar dari itu adalah kapitalisme saat itu ingin menyelamatkan
dirinya sekaligus merancang sistem ekonomi kapitalis yang lebih kuat–yang
fenomena historisnya kita temukan pada akhir dekade 1970-an atau yang lebih
dikenal dengan istilah kapitalisme neo-liberal–dari ancaman fenomena sosial
baru (kegandrungan kepada sistem sosialialis) setelah suksesnya revolusi
bolisevik di Rusia. Tawaran paket menarik yang berupa sistem dan jaminan
kesejahteraan sosial dari negara-negara kapitalis Eropa dan AS saat itu antara
lain program redistribusi kekayaan, penyediaan fasilitas umum, subsidi
pendidikan, kesehatan, perumahan dan jaminan perawatan pribadi diluncurkan.
Pada periode inilah dimulai
kembalinya peran negara yang tidak hanya sebagai penjamin kesejahteraan pasca
perang, akan tetapi lebih dari itu negara dituntut untuk menjadi pemain kunci
dalam perekonomian global. Dari doktrin itulah nasionalisasi besar-besaran
terhadap aset-aset industri diterapkan. tawaran sistem baru ini dilounching
oleh John Maynard Keynes, seorang pemikir ekonomi besar dari Inggris. tepatnya
pada dekade 1930-an. Keynes meyakini persoalan resesi ekonomi dunia dapat
diselesaikan kalau pemerentah melakukan intervensi terhadap perekonomian untuk
menciptakan kondisi full employment sebagai suatu yang secara ialmiah tidak
dimiliki oleh pasar. model kebijakan yang seperti inilah kemudian ngetrend
dalam sistem ekonomi dunia yang tidak hanya diterapkan oleh negara-negara
kapitalis akan tetapi juga negara-negara berkembang yang baru merdeka. karena
negara dipercaya mampu memecahkan kontradiksi pasar dan sebagai aktor yang
mampu mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan ekonomi. wacana dan praktek sistem
walfare state hanya berjalan sampai pada dekade 1970-an akhir awal 1980-an
ketika kapitalisme internasional mengalami resesi ekonomi dunia kedua kalinya.
Munculnya aliran Kapitalisme Neo-Liberal atau kanan baru (1979- Now) merupakan tawaran solusi dari sistem walfare state yang mengalami kontradiksi pasar diatas. Adalah Friedrich Van Hayek, seorang profesor di Universitas Chicago sejak 1940-an, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Milton Friedman di universitas yang sama. menawarkan solusi kembali pada sistem ekonomi neo-klasik. dari sinilah embrio dari neo liberalism. wacana neo-liberal dalam sistem ekonomi kapitalisme pada masa ini menyebar dengan cepat. keberhasilan mereka mengembangkan gagasan neo-liberalism dalam sisitem ekonomi didukung oleh kuatnya jaringan internasional yang melibatkan berbagai yayasan, institut, pusat penelitian, penerbitan, ilmuwan, penulis, dan ahli ilmu hubngan masyarakat membuat gagsan tyersebut cepat meneyebar dan menjadi begitu populer sampai menjadi kultural hegemoni yang kemudian lebih dikenal dengan istilah kanan baru. Awal pertama kali praktek kebijakan neo-liberalism dalam sistem ekonomi internasional terjadi pada tahun 1979, ketika Margareth Thatcher menjadi perdana menteri Inggris.
Munculnya aliran Kapitalisme Neo-Liberal atau kanan baru (1979- Now) merupakan tawaran solusi dari sistem walfare state yang mengalami kontradiksi pasar diatas. Adalah Friedrich Van Hayek, seorang profesor di Universitas Chicago sejak 1940-an, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Milton Friedman di universitas yang sama. menawarkan solusi kembali pada sistem ekonomi neo-klasik. dari sinilah embrio dari neo liberalism. wacana neo-liberal dalam sistem ekonomi kapitalisme pada masa ini menyebar dengan cepat. keberhasilan mereka mengembangkan gagasan neo-liberalism dalam sisitem ekonomi didukung oleh kuatnya jaringan internasional yang melibatkan berbagai yayasan, institut, pusat penelitian, penerbitan, ilmuwan, penulis, dan ahli ilmu hubngan masyarakat membuat gagsan tyersebut cepat meneyebar dan menjadi begitu populer sampai menjadi kultural hegemoni yang kemudian lebih dikenal dengan istilah kanan baru. Awal pertama kali praktek kebijakan neo-liberalism dalam sistem ekonomi internasional terjadi pada tahun 1979, ketika Margareth Thatcher menjadi perdana menteri Inggris.
Di Eropa aliran di atas
,diimplementasikan untuk pertama kalinya oleh PM. Margaret Thatcher. kebijakan
pertama yang diambil setelah menduduki posisi PM Inggris adalah penghapusan
kewajiban negara untuk memikul tanggungjawab terhadap rakyatnya yang berupa
subsidi negara terhadap rakyat. dan memangkas secara radikal subsidi-subsidi sosial.
Sebagai gantinya pemerintah lebih mementingkan pelayanan terhadap swasta,
melakukan pemotongan pajak, menjalankan program privatisasi swastanisasi dan
liberalisasi, menghilangkan pengawasan terhadap penyiaran , telekomunikasi,
transportasi, dan membabad habis seluruh serikat buruh.
Di Amerika, pada saat yang sama kaum republiken memenangkan pemilunya yang kemudian menaikkan Ronald Reagen sebagai Presiden AS menggantikan Jimmy Carter. pada saat inilah pengadopsian neo-liberalisme di Amerika sebagai sistem ekonomi mulai diterapkan. rezim ini sangat meyakini teori-trickle down effect yang mengklaim bahwa si kaya mendapatkan insentif seperti membayar pajak murah/rendah, maka mereka akan lebih giat dalam berwirawasta dan pada gilirannya mereka akan banyak menciptakan pertumbuhan peluang dan lowongan kerja. sederhanya, jika industri diserahkan ke Swasta maka akan lebih efisien dan menekan pengeluaran pemerintah untuk pembayaran tunjangan sosial.
Dengan bekal teori di atas Reagen melakukan deregulasi ekonomi yang telah dirintis oleh Carter tahun 70-an. Kontrol atas harga minyak dicabut, aturan mengenai transportasi kereta api, industri minyak dan gas serta penyiaran diperlonggar. dengan mengikuti langkah Tathcher, Reagen membatasi kekuatan serikat buruh. setelah itu, gelombang neo-liberalisme segera menyebar ke hampir seluruh dunia yang meliputi: amerika latin, asia timur, India, sampai hampir seluruh negara Afrika. negara yang memulai pertama kali setelah Inggris dan Amerika adalah negara-negara dominion Inggris seperti Australia, pada Paul keating, Kanada, New Zeeland, Chili, Argentina, Brazil, jerman, Itali, Prancis, hingga Zambia dan Tanzania.
Kuatnya daya dorong kapitalisme ini membuat partai-partai yang pada awalnya memiliki platform politik yang lebih dekat ke kiri secara perlahan beralih ke kanan.disinilah dapat disebut pemerintahan toni Blair dari Inggris, Schroder dari Jerman, Lionel Jospin dari Prancis yang pada awalnya ketiganya berasal dari partai buruh. tetapi kebihjakannya menganut sistem ekonomi neo liberal yang kanan. Demikianlah perjalanan sejarah kapitalisme dari awal sampai akhir. Kalau kita perhatikan dari awal masa perkembangannya kapitalisme memiliki identifikasi yang khas :
Di Amerika, pada saat yang sama kaum republiken memenangkan pemilunya yang kemudian menaikkan Ronald Reagen sebagai Presiden AS menggantikan Jimmy Carter. pada saat inilah pengadopsian neo-liberalisme di Amerika sebagai sistem ekonomi mulai diterapkan. rezim ini sangat meyakini teori-trickle down effect yang mengklaim bahwa si kaya mendapatkan insentif seperti membayar pajak murah/rendah, maka mereka akan lebih giat dalam berwirawasta dan pada gilirannya mereka akan banyak menciptakan pertumbuhan peluang dan lowongan kerja. sederhanya, jika industri diserahkan ke Swasta maka akan lebih efisien dan menekan pengeluaran pemerintah untuk pembayaran tunjangan sosial.
Dengan bekal teori di atas Reagen melakukan deregulasi ekonomi yang telah dirintis oleh Carter tahun 70-an. Kontrol atas harga minyak dicabut, aturan mengenai transportasi kereta api, industri minyak dan gas serta penyiaran diperlonggar. dengan mengikuti langkah Tathcher, Reagen membatasi kekuatan serikat buruh. setelah itu, gelombang neo-liberalisme segera menyebar ke hampir seluruh dunia yang meliputi: amerika latin, asia timur, India, sampai hampir seluruh negara Afrika. negara yang memulai pertama kali setelah Inggris dan Amerika adalah negara-negara dominion Inggris seperti Australia, pada Paul keating, Kanada, New Zeeland, Chili, Argentina, Brazil, jerman, Itali, Prancis, hingga Zambia dan Tanzania.
Kuatnya daya dorong kapitalisme ini membuat partai-partai yang pada awalnya memiliki platform politik yang lebih dekat ke kiri secara perlahan beralih ke kanan.disinilah dapat disebut pemerintahan toni Blair dari Inggris, Schroder dari Jerman, Lionel Jospin dari Prancis yang pada awalnya ketiganya berasal dari partai buruh. tetapi kebihjakannya menganut sistem ekonomi neo liberal yang kanan. Demikianlah perjalanan sejarah kapitalisme dari awal sampai akhir. Kalau kita perhatikan dari awal masa perkembangannya kapitalisme memiliki identifikasi yang khas :
1.
Sistem
ekonomi kapitalisme mentasbihkan kebebasan individu untuk melihat alat-alat
produksi dan modal, bukan oleh negara atau yang disebut dengan Hak Individu
(individual ownwrship).
2.
Ekonomi
Pasar (market economy) pereknomian pasar berdasar pada prinsip spesialisasi
kerja dan hal itu tidak diatur oleh siapapun kecuali kondisi pasar itu sendiri.
3.
Persaingan
(competition) sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya ekonomi pasar
4.
Keuntungan
(profit) prinsip keuntungan.
Pada awalnya, sosialisme dan
komunisme mempunyai arti yang sama, tetapi akhirnya komunisme lebih dipakai
untuk aliran sosialis yang lebih radikal. Ada beberapa unsur yang terdapat
dalam sosialisme, diantaranya dengan mewujudkan protes dan penolakan terhadap
ketimpangan sosial. Dalam jaman renaissance dan Reformasi muncul protes
terhadap ketimpangan dalam kemakmuran, dalam revolusi kaum puritan di abad 17
di Inggris, berbarengan dengan gerakan utama yang berasal dari kaum menengah,
tampil sebuah kelompok radikal yang disebut “para penggali” atau para “pemerata
sejati” (true leveres). Mereka berjuang untuk mempraktekkan prinsip pemilikan
tanah secara komunal dan bukan menyangkut penggunaanya.
Unsur lain yang terdapat
dalam sosialisme yaitu, protes terhadap prinsip Cash nexus bahwa uang merupakan
ikatan utama antar manusia tidak terbatas pada tradisi sosial saja. Sejauh
sosialisme mengandung dalam dirinya unsur-unsur tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa sosialisme sudah setua peradaban barat. Pemikiran Yunani maupun
Yahudi-Kristen masing-masing menolak kekayaan sebagai landasan kehidupan yang bahagia.
Tetapi kalau kita melihat sesuatu yang lebih konkrit dalam sejarah, akan ditemukan bahwa sosialisme sebagai gerakan yang efektif dan terorganisir merupakan produk dari revolusi industri (184 di Inggris. Pada tahun 1820-an dan 1830-an di Inggris dan Prancis muncul teori sosialisme modern, teori yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri, perubahan dalam organisasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi inii mengakibatkan munculnya kesenjangan kelas buruh dan pemodal yang dalam bahasa Marx disebut sebagai proletar dan borjuis, dan kondisi-kondisi lainnya sehubungan dengan jam kerja buruh, kesehatan kerusakan lingkungan.
Sosialisme sebagai koreksi total terhadap gejala akses negatif yang ditimbulkan oleh pertentangan kelas buruh dengan kelas borjuasi. Dalam scenario yang disusun Marx dan sahabatnya, Engels yang akhirnya menjadi kitab suci bagi penganut sosialis-komunis dunia. Das Capital (1867) banyak menginspirasikan gerakan buruh diseluruh dunia. Dikesempatan itulah kaum buruh akan merebut posisi sebagai pemegang alat produksi.
Tetapi kalau kita melihat sesuatu yang lebih konkrit dalam sejarah, akan ditemukan bahwa sosialisme sebagai gerakan yang efektif dan terorganisir merupakan produk dari revolusi industri (184 di Inggris. Pada tahun 1820-an dan 1830-an di Inggris dan Prancis muncul teori sosialisme modern, teori yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri, perubahan dalam organisasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi inii mengakibatkan munculnya kesenjangan kelas buruh dan pemodal yang dalam bahasa Marx disebut sebagai proletar dan borjuis, dan kondisi-kondisi lainnya sehubungan dengan jam kerja buruh, kesehatan kerusakan lingkungan.
Sosialisme sebagai koreksi total terhadap gejala akses negatif yang ditimbulkan oleh pertentangan kelas buruh dengan kelas borjuasi. Dalam scenario yang disusun Marx dan sahabatnya, Engels yang akhirnya menjadi kitab suci bagi penganut sosialis-komunis dunia. Das Capital (1867) banyak menginspirasikan gerakan buruh diseluruh dunia. Dikesempatan itulah kaum buruh akan merebut posisi sebagai pemegang alat produksi.
C. FASISME
Pasca
perang Dunia I (191
di Italia, sejarah kekuatan
Bento Mussolini mula-mula mengenalkan fasisme dengan gerakan revolusionernya,
gerakan bersenjata sebagai jalan untuk menuju tampuk kekuasaan, disusul
kemudian oleh “saudaranya”, Adolf Hitler muda yang menjadi roh fasisme jerman.
Di tangan keduanya lah fasisme muncul sebagai paham sekaligus gerakan. Fasisme,
sebagai ideologi yang dianut sebuah negara, memuat cirri-ciri sebagai gerakan
ideologi yang Totaliter, Nasionalis-Rasialis, dan mengidolasi pemimpinnya.
Setiap negara yang fasis adalah negara totaliter, yang berkuasa habis-habisan atas semua gerak hidup masayarakat di dalamnya. Sistem totaliter telah mengatur sedemikian rupa bagaimana rakyat harus sekolah, bekerja, melakukan aktifitas ekonomi, mengeluarkan pendapatbahkan dalam berkeluarga dan punya anak. Semuanya masu dalam bingkai yang telah ditentukan negara. Sebagaimana orasi yang pernah disampaikan Hitler pada rally-rally kaum Nazi, “kamu bukanlah apa-apa, negaramu adalah segalanya”.
Suasana pasca Perang dunia I, dimana Jerman dan Italia mengalami kebangkrutan harga diri dan ekonomi. Jerman setelah menerima kekalahan dalam perang, terutama dalam perjanjian Versailles, telah memaksanya membayar perbaikan-perbaikan untuk kerugian pemenag, sementara itu dalam waktu yang sama, sebagai akibat perang Italia harus menanggung hutang sekitar 95 Juta Lira diwilayah ini kemudian Munculnya Hitler dan Mussolini bagaikan air sejuk di siang yang panas, yang melakukan uasaha-usaha untuk meyakinkan rakyat bahwa kejayaan negara kota Troya di Italia ataupun ras Aria di Jerman mampu memompa kelesuan rakyat. Dalam konteks ini Nasionalisme sarat dengan Rasialisme. Implikasi paling nyata dan mengerikan terbunuhnya 6 juta orang Yahudi dari kamp penampungan dalam kampenya anti semitis yang dikobarkan Hitler.
Baik Hitler maupun Mussolini adalah diktator “di negaranya” masing-masing. Bukan saja karena mereka punya kharisma dan kualitas kepemimpinan yang luar biasa dimata rakyatnya, tapi juga karena kaum fasis percaya bahwa kediktatoran harus ditempuh jika ingin membentuk negara yang kuat.

Setiap negara yang fasis adalah negara totaliter, yang berkuasa habis-habisan atas semua gerak hidup masayarakat di dalamnya. Sistem totaliter telah mengatur sedemikian rupa bagaimana rakyat harus sekolah, bekerja, melakukan aktifitas ekonomi, mengeluarkan pendapatbahkan dalam berkeluarga dan punya anak. Semuanya masu dalam bingkai yang telah ditentukan negara. Sebagaimana orasi yang pernah disampaikan Hitler pada rally-rally kaum Nazi, “kamu bukanlah apa-apa, negaramu adalah segalanya”.
Suasana pasca Perang dunia I, dimana Jerman dan Italia mengalami kebangkrutan harga diri dan ekonomi. Jerman setelah menerima kekalahan dalam perang, terutama dalam perjanjian Versailles, telah memaksanya membayar perbaikan-perbaikan untuk kerugian pemenag, sementara itu dalam waktu yang sama, sebagai akibat perang Italia harus menanggung hutang sekitar 95 Juta Lira diwilayah ini kemudian Munculnya Hitler dan Mussolini bagaikan air sejuk di siang yang panas, yang melakukan uasaha-usaha untuk meyakinkan rakyat bahwa kejayaan negara kota Troya di Italia ataupun ras Aria di Jerman mampu memompa kelesuan rakyat. Dalam konteks ini Nasionalisme sarat dengan Rasialisme. Implikasi paling nyata dan mengerikan terbunuhnya 6 juta orang Yahudi dari kamp penampungan dalam kampenya anti semitis yang dikobarkan Hitler.
Baik Hitler maupun Mussolini adalah diktator “di negaranya” masing-masing. Bukan saja karena mereka punya kharisma dan kualitas kepemimpinan yang luar biasa dimata rakyatnya, tapi juga karena kaum fasis percaya bahwa kediktatoran harus ditempuh jika ingin membentuk negara yang kuat.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan komentar tentang artikel ini. jimmydj81.blogspot.com berhak menyaring Komentar yang akan ditampilkan.