DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... .
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. LATAR
BELAKANG.................................................................................. 1
B. PERUMUSAN
MASALAH........................................................................ 2
C. TUJUAN
PENULISAN.............................................................................. 2
BAB II...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN IDEOLOGI...................................................................... 3
B. IDEOLOGI PANCASILA........................................................................ 8
C. IDEOLOGI SOSIALISME...................................................................... 13
D. PERBEDAAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN
IDEOLOGI SOSIALISME DALAM BIDANG POLITIK......................................................................................................... 31
BAB III................................................................................................................... 32
PENUTUP............................................................................................................. 32
A. Kesimpulan............................................................................................. 32
B. Saran....................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 33
Pancasila
sebgaai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya sebagai dasar
negara, yang merupakan landasan ideal bangsa Indonesia dan negara republik
Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau disebut juga
sebagai ideologi negara. Artinya pancasila merupakan ideologi yang dianut oleh
negara (penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan
milik atau monopoli seseorang atau sekelompok orang, disamping masih adanya
beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang lain, sepanjang
tidak bertentangan dengan ideologi negara, sebab Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang telah dipilih oleh para pendiri negara
ini, yang mana lima dasar atau lima silanya merupakan satu rangkaian kesatuan
yang tidak terpisahkan walaupun terbedakan sebagai dasar dan ideologi
pemersatu.
Dalam
system Sosialisme, semua bidang usaha di miliki dan di produksi oleh Negara.
Tidak terciptanya market (pasar) dan tidak terjadi nya supply and demand,
karena Negara yang menyediakan semua kebutuhan rakyat nya secara merata.
Perumusan masalah dan keputusan di tangani langsung oleh negara.Sosialisme
merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya.Awal
sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sosialis
utopia.Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan
(humanitarian), dan meyakini kesempurnaan watak manusia.Penganut paham ini
berharap dapat menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan
kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-cara kekerasan dan
revolusi.
Disini kita
nantinya bisa mengetahui, memahami, dan mengerti perbedaan antara ideologi pancasila dengan
ideologi sosialisme dalam bidang politik yang
diambil dari beberapa sumber baik dari sisi kekurangan dan kelebihanya.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah
pengertian dari ideologi Pancasila dan ideologi Sosialisme?
2. Apakah
sistem pemerintahan kita di bidang politik sudah berjalan baikdibandingkan
dengan negara yang menganut ideologi Sosialisme?
3. Mengapa
bangsa Indonesia menggunakan ideologi pancasila?
4. Bagaimana
kelebihan dan kekurangan dari kedua ideologi?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk
mengetahui pengertian dari ideologi Pancasila dan ideologi Sosialisme.
2. Untuk
mengetahui sistem pemerintahan kita di bidang politik sudah berjalan baik
dibandingkan dengan negara yang menganut ideologi Sosialisme.
3. Untuk
menjelaskan, bangsa Indonesia menggunakan ideologi Pancasila.
4. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kedua ideologi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Arti
Ideologi
Pada
prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu ;
o
Ideologi sebagai kesadaran palsu;
o
Ideologi dalam arti netral; dan
o
Ideologi dalam arti keyakinan yang tidak
ilmiah.
(Franz, 1992) Ideologi dalam
Ø Arti yang
pertama, yaitu sebagai kesadaran palsu biasanya dipergunakan oleh kalangan
filosof dan ilmuwan sosial. Ideologi adalah
teori-teori yang tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan
pihak yang mempropagandakannya. Ideologi juga dilihat sebagai sarana kelas atau
kelompok sosial tertentu yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasaannya.
Ø Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi adalah
keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial
atau kebudayaan tertentu. Arti kedua ini terutama ditemukan dalam negara-negara
yang menganggap penting adanya suatu “ideologi negara”. Disebut dalam arti
netral karena baik buruknya tergantung kepada isi ideologi tersebut.
Ø Arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya
digunakan dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala
pemikiran yang tidak dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris adalah
suatu ideologi. Segala masalah etis dan moral, asumsi-asumsi normatif, dan
pemikiran-pemikiran metafisis termasuk dalam wilayah ideologi.
Dari tiga arti kata ideologi tersebut, yang dimaksudkan dalam pembahasan
ini adalah ideologi dalam arti netral, yaitu sebagai sistem berpikir dan tata
nilai dari suatu kelompok. Ideologi dalam arti netral tersebut ditemukan
wujudnya dalam ideologi negara atau ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan
pembahasan Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia.
1.
Tipe-Tipe
Ideologi
Terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara.
Kedua tipe tersebut adalah ideologi tertutup dan ideologi terbuka.[1] Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima
sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi
tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak
dapat dirubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu
ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain.
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak
hanya menentukan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi
juga menentukan hal-hal yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup
tidak mengakui hak masing-masing orang untuk memiliki keyakinan dan
pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve.
Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak
bersumber dari masyarakat, melainkan dari pikiran elit yang harus
dipropagandakan kepada masyarakat. Sebaliknya, baik-buruknya pandangan yang
muncul dan berkembang dalam masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi
tersebut. Dengan sendirinya ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku
dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan
dijalankan dengan cara yang totaliter.
Contoh paling baik dari ideologi tertutup adalah
Marxisme-Leninisme. Ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang
dilanjutkan oleh Vladimir Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari
tataran nilai dan prinsip dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi
Marxisme-Leninisme meliputi ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam
berupa ajaran materialisme dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah
sebagai materialisme historis; (c) norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus
ditata, bahkan tentang bagaimana individu harus hidup; dan (d) legitimasi
monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang atas nama kaum proletar.
Tipe kedua adalah ideologi terbuka. Ideologi terbuka hanya berisi orientasi
dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma
sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan
prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan
dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati
secara demokratis. Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak
totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang.
Ideologi terbuka hanya dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis.
2.
Perkembangan Ideologi Dunia
Istilah ideologi negara mulai banyak digunakan bersamaan
dengan perkembangan pemikiran Karl Marx yang dijadikan sebagai ideologi
beberapa negara pada abad ke-18. Namun sesungguhnya konsepsi ideologi sebagai
cara pandang atau sistem berpikir suatu bangsa berdasarkan nilai dan prinsip
dasar tertentu telah ada sebelum kelahiran Marx sendiri. Bahkan awal dan inti
dari ajaran Marx adalah kritik dan gugatan terhadap sistem dan struktur sosial
yang eksploitatif berdasarkan ideologi kapitalis.
Pemikiran Karl Marx kemudian dikembangkan oleh Engels dan
Lenin kemudian disebut sebagai ideologi sosialisme-komunisme. Sosialisme lebih
pada sistem ekonomi yang mengutamakan kolektivisme dengan titik ekstrem
menghapuskan hak milik pribadi, sedangkan komunisme menunjuk pada sistem
politik yang juga mengutamakan hak-hak komunal, bukan hak-hak sipil dan politik
individu. Ideologi tersebut berhadapan dengan ideologi liberalisme-kapitalis
yang menekankan pada individualisme baik dari sisi politik maupun ekonomi.
Kedua ideologi besar tersebut menjadi ideologi utama
negara-negara dunia pasca perang dunia kedua hingga berakhirnya era perang
dingin. Walaupun demikian baik komunisme maupun kapitalisme memiliki warna yang
berbeda-beda dalam penerapannya di tiap wilayah. Ideologi selalu menyesuaikan
dengan medan pengalaman dari suatu bangsa dan masyarakat. Komunisme Uni Soviet
berbeda dengan komunisme di Yugoslavia, Cina, Korea Utara, dan beberapa negara
Amerika Latin. Demikian pula dengan kapitalisme yang memiliki perbedaan antara
yang berkembang di Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Asia.
Walaupun negara-negara yang menganut kedua besaran
ideologi tersebut saling berhadap-hadapan, namun proses penyesuaian diantara
kedua ideologi tersebut tidak dapat dihindarkan. Kapitalisme, dalam
perkembangannya banyak menyerap unsur-unsur dari sosialisme. Setelah mengalami
krisis besar pada tahun 1920-an (the great depression) Amerika Serikat
banyak mengadopsi kebijakan-kebijakan intervensi negara di bidang ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian berkembang
menjadi konsep negara tersendiri, bahkan ada yang menyebutnya sebagai
ideologi, yaitu negara kesejahteraan (welfare
state) yang berbeda dengan ideologi kapitalisme klasik.
Di sisi lain, beberapa negara komunis yang semula sangat
tertutup lambat-laun membuka diri, terutama dalam bentuk pengakuan terhadap
hak-hak sipil dan politik. Proses demokratisasi terjadi secara bertahap hingga
keruntuhan negara-negara komunis yang ditandai dengan tercerai-berainya Uni
Soviet dan Yugoslavia pada dekade 1990-an.
Ada yang menafsirkan bahwa keruntuhan Uni Soviet dan
Yugoslavia sebagai pilar utama adalah tanda kekalahan komunisme berhadapan
dengan kapitalisme. Bahkan Fukuyama pernah mendalilkan hal ini sebagai
berakhirnya sejarah yang selama ini merupakan panggung pertentangan antara
kedua ideologi besar tersebut. Namun kesimpulan tersebut tampaknya terlalu
premature. Keruntuhan komunisme, tidak dapat dikatakatan sebagai kemenangan
kapitalisme karena dua alasan, yaitu ;
a.
Ide-ide komunisme, dan
juga kapitalisme tidak pernah mati; dan
b.
Ideologi kapitalisme
yang ada sekarang telah menyerap unsur-unsur sosialisme dan komunisme.
Ide-ide komunisme tetap hidup, dan memang perlu dipelajari sebagai sarana
mengkritisi sistem sosial dan kebijakan yang berkembang. Ide-ide tersebut juga
dapat hidup kembali menjadi suatu gerakan jika kapitalisme yang saat ini mulai
kembali ke arah libertarian berada di titik ekstrim sehingga menimbulkan krisis
sosial. Demikian pula halnya dengan gerakan-gerakan demokratisasi dan
perjuangan atas hak-hak individu akan muncul pada sistem yang terlalu
menonjolkan komunalisme.
B.
IDEOLOGI PANCASILA
1.
PengertianPancasila
Pancasila
adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang terdiri atas sila
Ketuhanan Yang MahaEsa, Kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila-silatersebutmerupakanrangkaiankesatuan yang bulat.
Pancasilaadalahideologidankepribadianbangsa
Indonesia.Pancasilaadalahjiwabangsa
Indonesia.Berdasarkanpengertiantersebutdiatas, intiisi yang
terkandungdalamPancasilaadalahKetuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatandankeadilan.
Ø ArtiPancasila
Pancasilatelahmenjadiistilahresmisebagaidasarfalsafah
Negara Republik Indonesia, baikditinjaudarisudutbahasamaupundarisudutsejarah.
Ø MaknaPancasila
Melaksanakan
UUD secara murni dan konsekuen, kita harus melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam Pembukaan Batang Tubuh/Isi, dan penjelasan; yang ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. UUD 1945 berartikonstitusi
yang disahkanoleh PPKI 18 Agustus 1945 yang diumumkandalamberitaRepublik
Indonesia tahun 1946 Nomor 7 halaman 45-48 sebagaiberikut:
Pembukaan
(Preambule) yang meliputi 4 alenia.
1.
BatangTubuhmeliputi 16 bab,
2.
37 Pasal,
3.
4 PasalAturanPeralihan,
4.
2 AyatAturanTambahan.
Penjelasan
(resmi: auttentiek).
TeksPembukaan
UUD 1945 yang terpentingadadalamalenia IV, bunyinyaadalahsebagaiberikut:
“Kemudiandaripadaituuntukmembentuksuatupemerintahan
Negara Indonesia yang melindungisegenapbangsa Indonesia danseluruhtumpahdarah
Indonesia danuntukmemajukankesejahteraanumum, mencerdaskankehidupanbangsa,
danikutmelaksanakanketertibandunia yang berdasarkankemerdekaan,
perdamaianabadidankeadilan social, makadisusunlahKemerdekaankebangsaan
Indonesia itu di
dalamsuatuUndang-UndangDasar Negara Indonesia yang terbentukdalamsuatu Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatanrakyatdenganberdasarkankepada: Ketuhanan
Yang MahaEsa, kemanusiaan yang adildanberadap, persatuan Indonesia,
dankerakyatan yang dipimpimhikmatkebijaksanaandalampermusyawaratan /
perwakilan, sertadenganmewujudkansuatukeadilan social bagiseluruhrakyat
Indonesia.”
Pancasilasebagaidasarnegaraberfungsisebagaidasarfilosofisuntukmenatadanmengaturpenyelenggaraannegara.
Hal
tersebutdapatdijabarkanbahwaPancasilasebagaidasarnegaraberarti:
·
Pancasiladijadikandasardalampenyelenggarannegara
·
Pancasiladijadikandasardalampengaturandansistempemerintahannegara
·
Pancasilamerupakansumberhukumdalamkehidupanberbangsadanbernegara.
2. Filsafat Pancasila
Aktualisasi
Pancasila
Ada
disebutkan bahwa jalan keluar yang disarankan ialah membuat ideology itu
menjadi fungsional, dihayati melalui faham pembangunan sebagai pengalaman Pancasila
atau yang lebih praktis, menjabarkan ideology itu ke dalam program. Kancah
kompetisi dan identitas ciri organisasi politik bukan lagi ideology, melainkan
program yang dijabarkan dari ideology yang sama, yaitu Pancasila. Jika kemudian
dipikirkan lebih dalam bagaimana sesungguhnya hubungan program dengan ideology,
segera dapat ditangkap bahwa masalahnya tidak sesederhana seperti perumusannya.
Program
yang merupakan penjabaran ideal akhirnya berbobot ideal pula. Dalam praktik
bukanlahuntuk program, melainkan lebih dahulu orang menangkap apa yang menjadi
pokok persoalan masyarakat menurut pengamatannya. Pengamatan itu lantas
dipertemukan dengan faham dasar Pancasila.
Karena ada
lima sila sekalipun kelimanya merupakan kesatuan,masuk akal jika bobot masyarakat
organisasi polotik tidak sama.
Program
bukan sekadar program.Program adlah aktualisasi Pancasila ke dalam perssoalan
pokok masyarakat. Hal yang demikian wajar dan hanya melalui proses itu
aktualisasi Pancasila sebagai ideal dan doktrin politik memperoleh bobot
perkembangan dan relevansi ya yang sanggup membangkitkan motivasi sehingga
benar-benar memnjadi ideology dan doktrin politik.
3. EksistensiPancasila
Sebuah
Negara membutuhkan landasan filosofis untuk menyusun tujuan Negara.Keberadaan
Pancasila sebagai dasar Negara dewasa ini mendapat sorotan public.Berbagai
pendapat negative terkait Pancasila perlu diluruskan agar tidak terseret pada
dogma-dogma menyesatkan.
Bangsa
Indonesia mengenal istilah Pancasila jauh sebelum Indonesia merdeka.Pancasila
merupakan ideology bangsa Indonesia. Secara harfiah Pancasila terdiri dari dua
kata, yaitu “panca” yang berarti lima dan “sila” yang berarti aturan yang
melatarbelakangiperilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau perbuatan sesuai
dengan adab yang dijadikan sebagai dasar.
Karena
itu, Pancasila berart rangkaian lima aturan tentang dasar-dasar atau
prinsip-prinsip petunjuk perilaku dan perbuatan masyarakat bangsa Indonesia.
Kelima sila tersebut kemudian berperan menjadi pandangan hidup, keyakinan, atau
cita-cita bangsa Indonesia yang berfungsi sebagai dasar dalam mengambil sesuatu
keputusan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.[2]
4. Keterbukaan Ideologi Pancasila
Keterbukaan
ideology Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai terkandung di dalamnya,
tetapi memiliki kemampuan yang membangun untuk memecahkan suatu permasalahan.
Pancasila
sebagai suatu ideology tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka.Hal ini dimamksudkan bahwa ideology Pancasila
bersifat actual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkambangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat.Keterbukaan ideology Pancasila bukan berarti mengubah
nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih konkret, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif
untuk memecahkan masalah-masalah actual yang senantiasa berkembang seiring
dengan asprasi rakyat, perkembangan iptek serta jaman.
Dalam
ideology terbuka terdapat cita-cita dan
nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap. Dengan demikian
penjabarab ideology dilaksanakan dengan interpretasi yang krites dan rasional.
Sebagai suatu contoh keterbukaan ideology Pancasila antara lain dalam kaitannya
dengan kebebasan berserikat dan berkumpul sekarang terdapat puluhan partai
politik, dalam kaitan dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan), demikian
pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hokum, kebudayaan, iptek, hankam, dan
bidang lainnya.[3]
C.
IDEOLOGI SOSIALISME
Sosialisme
kerakyatan sebagai ideology adalah upaya untuk meneruskan dan melanjutkan apa
yang bibitnya telah ditanam oleh Bung Sjahrir. Sjahrir melihat perjuangan
bangsa Indonesia jauh lebih besar daripada hanya untuk membedakan diri dari
penjajahna Belanda.Ia melihat suatu perjuangan yang besar untuk perubahan dan
peralihan dari kebudayaan feodalisme kea rah kebudayaan modern.
Revolusi
’45 adalah revolusi besar rakyat Indonesia.Revolusi tersebut merupakan revolusi
pembebasan jiwa dari kekangan dan belenggu berpikir feodalisme dan
tekanan-tekanan penjajah.Revolusi Indonesia membebaskan dan melepaskan diri
untuk menjadikan rakyat Indonesia yang bebas ke arah perkembangan menuju
demokrasi.Revolusi inilah benar-benar dimengerti dan dihayati Sjahrir.Oleh
karena itu, focus perjuangannya adalah melanjutkan dan meneruskan pembebasan.
Sjahrir menganggap sosialisme kerakyatan adalah sifat khusus sosialisme yang
sangat cocok bagi Indonesia, baik sebagai masyarakat maupun sebagai bangsa, dan
bukan ideology lain seperti fasisme, komunisme maupun nasionalisme yang pada
permulaan revolusi Indonesia memenuhi dengan sesak seluruh udara politik
Indonesia.
Pokok-pokok
sosialisme kerakyatan Sjahriradlah kemanusiaan, kebebasan, demokrasi, dan
penghormatan setinggi-tingginya terhadap Hak Asasi Manusia. Yang khusus dari
sosialisme kerakyatan ialah focus perjuangan kepada mengangkat nasib, martabat
dan harkat oran kecil dan lemah.[4]
1. Sejarah
Sosialisme sebagai Ideologi politik
Sosialisme
(sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang
berarti kemasyarakatan.Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis
sekitar 1830.Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing
hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat
produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh
orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba
tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada
empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2)
komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme
ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam
lapangan politik.Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya
Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang
sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Bentuk
lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang
menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan
sarana produksi kepada Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner
dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang
praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja,
kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung
oleh Fabian society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris
berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord
Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).
Istilah
“ sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang
menganut paham sosialisme “ moderat” yang dilawankan dengan sosialisme
”radikal” untuk sebutan lain bagi “komunisme”.
Hal
ini ditegaskan mengingat dalam proses perkembangannya di Negara Barat yang pada
mulanya menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis
(sosialis demokrat) ( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling
menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah
sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme
melalui revolusi.
Sosialisme
adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat
menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata
(W.Surya Indra, 1979: 309).Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas
dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti
politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik
Komunis (1848).
Dalam
edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan ”komunisme”
secara bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx
ingin membedakan teorinya yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme
utopia” untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena
latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti
“sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991:
127).
Dalam
perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis”.Istilah
“sosialis” lebih disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan
tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara
kapitalis ke arah Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai
masyarakat sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara
sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara demokrasi
rakyat”.
Di
pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh
partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan
partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam
Budiardjo, 1984: 5).Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai
idiologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar
mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.[5]
2. Sosialisme
dan Demokrasi
Pertalian
antara demokrasi dan sosialisme merupakan satu-satunya unsur yang paling
penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Ditinjau dari segi sejarah
sosialisme, segera dapat diketahui gerakan sosialis yang berhasil telah tumbuh
hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi demokrasi yang kuat,
seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia, Belgia
(William Ebenstein, 1994: 213). Mengapa demikian sebab pemerintahan yang
demokratis dan konstitusional pada umumnya diterima, kaum sosialis dapat
memusatkan perhatian pada programnya yang khusus, meskipun program itu tampak
terlalu luas yakni: menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas
yang berkedudukan rendah mengakhiri ketidaksamaan yang didasarkan atas
kelahiran dan tidak atas jasa, membuka lapangan pendidikan bagi semua rakyat,
memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan
sudah tua dan sebagainya.
Semua
tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal yaitu
membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas pemakaian prinsip-prinsip
demokrasi dari lapangan politik ke lapangan bukan politik dari
masyarakat.Sejarah menunjukkan, masalah kemerdekaan merupakan dasar bagi
kehidupan manusia. Kemerdekaan memeluk agama-kepercayaan, mendirikan organisasi
politik dan sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi
telah tertanam kuat dalam hati dan pikiran rakyat, maka kaum sosialis dapat
memusatkan perhatian pada aspek lain. Sebaliknya, di Negara yang masih harus
menegakkan demokrasi, partai sosialis harus berjuang untuk dapat merealisasikan
ide tersebut.
Misalnya
di Jerman masa kerajaan kedua (1870-1918) yang bersifat otokratis, partai
sosialis demokratis senantiasa bekerja dengan rintangan yang berat.Lembaga
parlementer hanya sebagai selubung untuk menutupi pemerintahan yang sebenarnya
bersifat diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum sosialis demokrasi
dianggap sebagai” musuh-musuh Negara”, dan pemimpin partai yang lolos dari
penangkapan melarikan diri ke Inggris dan Negara Eropa lainnya. Demikian pula
pada masa republik Weiner (1919-1933), partai sosial demokratis Jerman juga
tidak berdaya karena tidak ada pemerintahan yang demokratis.
Di
Rusia sebelum 1917, keadaan lebih parah lagi, Rezim Tsar yang despotis malahan
sama sekali tidak berpura-pura dengan masalah pemerintahan demokratis. Jadi
tidak mungkin ada perubahan sosial dan ekonomi dengan jalan damai, sehingga apa
yang terjadi ialah revolusi oleh kaum komunis.
Perang
Dunia (PD) II memberikan gambaran lebih jelas tentang masalah di atas.Menjelang
tahun 1936 partai sosialis di Perancis merupaksn partai yang terkuat. Selama PD
II di bawah kedudukan Jerman, kaum komunis lebih banyak bergerak di bawah
tanah, mengadakan teror dan bertindak di luar hukum sebagaimana sifatnya dalam
keadaan normal pun juga demikian, memperoleh pengikut yang lebih banyak, sehingga
menjadi partai yang terkuat di Perancis.
Berbeda
dengan yang berada di Inggris, kaum sosialis dalam pemilihan umum tahun 1951,
memperoleh suara 6 kali pengikut yang lebih banyak jumlahnya apabila
dibandingkan dengan suara yang didapat kaum komunis.Bukti tersebut tidak hanya
diberikan oleh Inggris Raya, tetapi juga oleh Negara-negara demokratis lainnya
yang mempunyai gerakan–gerakan sosialis yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
kemerdekaan sipil yang penuh dapat menangkal fasisme dan komunisme .
Apabila
orang ingin memberikan tingkat kepada Negara-negara demokratis dewasa ini,
terutama dalam masalah kemerdekaan sipil, maka Inggris, Norwegia, Denmark,
Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia Baru dan Israel akan berada di
Puncak daftar. Di Negara itu dalam masa terakhir berada di bawah pemerintahan
sosialis atau kabinet-kabinet koalisi yang di dalamnya kaum sosialis memperoleh
perwakilan yang kuat.[6]
Kesejajaran
di atas tidaklah rumit untuk ditelusuri, kaum sosialis demokratis menyadari
akan kenyataan bahwa, tanpa kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh
pemerintahan konstitusional yang liberal mereka tidak akan sampai pada tangga
pertama. Sekali mereka berkuasa dalam pemerintahan, kaum sosialis masih tetap
mempertahankan psikologi oposisi. Sebab mereka tahu bahwa dengan memegang
kekuasaan politik belum berarti soal-soal organisasi sosial dan ekonomi dengan
sendirinya akan terpecahkan .
Dengan
kata lain, sebelum kaum sosialis mengambil alih pemerintahan, mereka beroposisi
terhadap pemerintah dan kelas-kelas yang berpunya; setelah mereka mendapat
kekuasaan dalam pemerintahan, psikologi oposisi yang ditunjukkan terhadap
status quo ekonomi perlu tetap ada.
Demokrasi
dan sosialilsme merupakan dua ideologi yang sekarang nampak diannut di berbagai
Negara yang bukan Fasis dan bukan Komunis. Dalam keadaan sekarang tidak mudah
merumuskan pengertian demokrasi.Berbagai macam demokrasi telah berkembang
menjadi berbagaai bentuk masyarakat.
Demokrasi
Inggris modern atau demokrasi Swedia lebih dekat dalam beberapa hal pada
sosialisme Negara di Soviet Rusia dibandingkan dengan sistim ekonomi Amerika
Serikat . Akan tetapi dalam soal-soal perorangan dan kemerdekaan politik hal
sebaliknya yang berlaku .Berbeda lagi yang ada di Amerika Serikat mungkin dapat
disebut “demokrasi kapitalis”. Disebut demikian karena yang tampak hanya
demokrasi politik, tetapi tidak cukup ada apa yang dinamakan demokrasi ekonomi
dengan tetap adanya freefight ekonomi yang memungkinkan beberapa gelintir orang
menjadi kapitalis yang amat kaya.
Demokrasi
ekonomi dan disamping itu demokrasi sosial dapat diketemukan dalam idiologi
sosialisme, yang pada prinsipnya menjurus kepada suatu keadilan sosial dengan
semboyan : kepada seorang harus diberikan sejumlah yang sesuai dengan nilai
pekerjaanya. Akan tetapi untuk mencapai itu, pemerintah sering harus campur
tangan dengan membatasi keluasaan gerak-gerik para warganegara.Sampai di mana
ini berlaku, tergantung dari keadaan setempat di tiap-tiap Negara.[7]
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan sosialisme hanya dapat berkembang dalam
lingkungan masyarakat dan pemerintahan yang memiliki tradisi kuat dalam
demokrasi . Pada saat kaum sosialis berhasil memegang kekuasaan, pemerintahan
masih tetap diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk ikut ambil bagian (
sebagian oposisi) ) dan mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang diperoleh
tidak bersifat permanen .[8]
3. Unsur-unsur
Pemikiran dan Politik Sosialisme
Sosialisme,
seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini mungkin karena
kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan doktrin
tertentu.Apalagi sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan tradisi
nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan garis
kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun garis-garis besar
pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli
sosialis dan kebijakan partai sosialis.Apa yang muncul dari pemikiran dan
kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan
utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki
doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan
dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur
pemikiran dan politik sosialis yang rumit dan saling bertentangan dengan jelas
tergambar dalam gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan
sosialis Inggris adalah:
1) Agama,
2) Idealisme
Etis dan Estetis,
3) Empirisme
Fabian,
4) Liberalisme
1. Agama
Dalam
buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa… dalam
pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat.Inggris
pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci.
Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai
pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang
dianutnya membuktikan hal ini.
Gerakan
sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan yaitu frederich Maurice
dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan
menjadi sumber penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis
kemudian.Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep
yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.
Pada
tahun 1942, Uskup Agung Centerbury, William Temple dalam bukunya Christianity
and Sosial Order mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme.
Temple beranggapan bahwa setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau
selamanya memerlukan memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena
itu gereja ikut mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu mengarah pada
perkembangan sifat kekristenan dan jika jawabannya sebagian atau seluruhnya
negatif, gereja harus berusaha sedapat mungkin menjamin perubahan dalam system
ekonomi tersebut sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi sekutu dalam
Kristen itu.
Adanya
perhatian agama Kristen yang bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama
pengaruh terakhir abad 19.Kesungguhan moral dan kejujuran merupakan ciri masa
ini.Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk
memperoleh keselamatan.Akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan
penyelamatan dengan kerja.Banyak pemimpin sosialis dari generasi yang lebih tua
seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps dididik dalam suasana dimana agama
mempunyai pengaruh yang kuat.
2. Idealisme
Etis dan Estetis
Idealisme
etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun
pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu
keanggotaan.Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John
Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi
merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah
kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan
lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan
Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan
air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak
memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh
adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx
melakukan pendekatan terhadap kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis
seperti perkembangan sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat
dielakkan, filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di
sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek serta
kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam kehidupannya.
Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system.Ia merasakan bahwa seni
harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada
setiap orang harus diberi jalan penyalurannya dalam kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari.
Pengaruh
Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung segi negatif dibanding positifnya.
Mereka menunjukkan apa yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban
yang dibangun di atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan
program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian
pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam
mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme
mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3. Empirisme
Febian.
Empirisme
Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan
pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians
Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari
masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat
yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika
tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Para
pendiri dan anggota pertama masyarakat Febian adalah George Bernard Shaw,
Sidney dan Beatrice Webb,H.G.Wells dan Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah
tentang landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian
Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar sosialisme. Webb
menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat dielakkan dari
terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia menandaskan “ kepastian yang
datang secara bertahap” sangat berbeda dengan kepastian revolusi seperti yang
dicanangkan oleh Marx.
Webb
menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat terbentuk secara perlahan dan
perubahan-perubahan organisasi . Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya
empat kondisi: pertama perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua
perubahan itu harus secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan
moral masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan
menggunakan cara damai.
Kelompok
Fabian memusatkan perhatiannya untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang
memenuhi dua kualifikasi : pertama orang-orang tersebut secara permanent
mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan
yang dibutuhkan waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua
mereka harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak
dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti itu
dapat dijumpai dalam semua partai politik.Untuk itu kelompok Fabian tidak hanya
menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme
sering digambarkan sebagai pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali
masyarakat perang kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau
fanatisme.Meskipun organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa
pengaruh yang besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama
kalinya pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229
dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian dan
lebih dari separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee juga orang-orang Febian.
4.
Liberalisme
Liberalismetelahmenjadisumber yang
semakinpentingbagisosialisme, terutamasejakPartai Liberal merosotperanannya di
banyak Negara.Di InggrissebenarnyaPartai Liberal sudahlenyapdanPartaiBuruh yang
menjadipewarisnya.Dalam 40 tahunterakhirsemakinbanyak orang liberal yang
menggabungkandiridenganPartaiBuruh.Apaalasannya ?.Pertama, lenyapnyaPartai
Liberal Inggrisbukanlahdisebabkankegagalannya ,tetapihasil yang
telahdicapaimembuatkehadiranpartaiinitidakdiperlukanlagi.
SaatinibaikPartaiKonservatifmaupunPartaiBuruhmempunyaikomitmen yang
kuatterhadapprinsip liberal yang menghormatikebebasanindividuuntukberibadah,
berpikir, berbicaradanberkumpul.Keduaperdaganganbebas yang merupakancita-cita yang
pentingdariliberalismeInggrisabad 19 tidakmuncullagisebagaikepentinganpolitik
yang
menggebu-gebu.BaikgolongankonservatifmaupungolonganBuruhmempunyaikomitmenpadabentukproteksitariftertentu.Orang-orang
liberal sendirijugasudahmenyadariperdaganganbebastidakpentinglagisepertidulu.
Karena
masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada lagi, banyak orang liberal yang
bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau
menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi
aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system
duapartaisepertiInggris, kalau orang akanbergeserdarikonservatif.
MakaPartaiBuruhmerupakantumpuanuntukmemperjuangkankepentinganpolitiknya.
Liberalismetelahmemberikansumbangan yang cukupbesarhal-hal
yang
bergunabagisosialismeInggris.KarenapengaruhLiberalismeparapemimpinsosialislebihmoderatdankurangterpakupadadoktrinsertalebihmenghargaikebebasanindividu.LiberalismetelahmerubahPartaiBuruhmenjadisebuahpartainasional,
bukanlagipartai yang didasarkanpadakelas.LiberalismejugatelahmewariskankepadaPartaiBuruhperankaum
liberal
bahwapembaharuandapatdilakukandengantidakusahmenimbulkankepahitandankebencian.
4. Soaialisme
di berbagai Negara
Kemenangan
bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi
partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia.Perang telah dilancarkan untuk
mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme
totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan
kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan
militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan
kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Di
Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh
mencerminkan pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan
sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang
kecil dalam perwakilannya di parlemen.Selanjutnya menjadi partai yang lebih
bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak
programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan
berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat.
Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan
(2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan.[9]
Di
Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan
juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang
kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau
kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi
tipe reformasi liberal.Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau
komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama
tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan
serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya :
ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum,
menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi
Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang
papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan
system kapitalis. Periode tersebut merupakan era menggejolaknya aktivitas
sosialis.
Setelah
PD II terjadi perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis.Pada permulaan
tahun 1960 banyak diantara partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan
dengan hubungan ikatan-ikatan idiology Marx.Mereka mengubah sikapnya terhadap
hak milik privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik kolektif
secara total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan
ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya
disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern welfare
state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat gradual.
Menurut
Milton H Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang
berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1)
memperkenalkan adanya hak milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan
pemilikan oleh Negara (public ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan
demi kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas
perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna mencapai sasaran
sosial dan ekonomis yang diinginkan.[10]
Bagaimanakah
sosialisme di Negara-negara berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri
pertumbuhan ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai
srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara untuk
mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah digunakan oleh
Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini Negara
memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.
Dalam
menghadapi masalah modernisasi ekonomi Negara-negara berkembang pada umumnya
tidak mau meniru proses pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan
komunisme. Mereka menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi
masing-masing Negara.Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks
negara terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama di
dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial
.Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering berarti
persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum.Arti
Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada perancangan.[11]
Melihat
tersebut di atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan Negara yang
lebih makmur karena perbedaan situasi histories. Di dunia Barat sosialisme
tidak diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju,
tetapi cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata.
Sebaliknya, sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu
perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan
masa rakyat , maka sosialisme di negara Barat pada umumnya berkembang dengan
sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap (seperti di Inggris dan Skandinavia)
, sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban
tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh
penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang
menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan
dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.
Kalau
Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya mensintesakan pemerintahan yang
konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka mereka menganggap bahwa
pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi memperjuangkan pembangunan
ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan pemilikan industri oleh Negara.
Jika
kita perhatikan dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai
tahun 1965 pernah pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu
sebagai akibat pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai
dengan kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde BAru “sosialisme”
itu tidak terdengar lagi .
Adanya
perbedaan pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada
kita bahwa suatu ideology politik yang dianut oleh suatuNegara belum tentu
cocok untuk negar lain . Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk
pengembangan pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional seperti yang
terumuskan dalam UUD 1945.
Mungkin memang bangsa kita memiliki
ideologi terbaik sejagad raya saat ini, namun soal praktek dilapangan negara
kita sangatlah buruk, bukan bermaksud menghina namun memang demikianlah adanya,
sehingga masih perlu banyak belajar akan arti Pancasila yang sebenarnya bukan
hanya dasar teorinya saja, sehingga Pancasila bisa benar-benar menjadi
kebanggaan bagi semua.
Entah kapan hal tersebut
terlaksana?? Mungkin itulah pertanyaan yang ada di benak seluruh rakyat
Indonesia (rakyat, selain pejabat dan orang-orang dipenting yang sudah hidup di
lahan basah) yang sudah mulai bosan mendengar sandiwara sinetron yang
diperankan oleh para pemimpin negeri ini.
Saran
Semoga bangsa Indonesia (
orang-orang yang mempunyai peranan penting dalam menentukan nasib bangsa ) mau
belajar dari pencapain negara lain yang lebih baik serta satu yang pasti mau
segera bertobat dan benar-benar murni bertujuan mensejahterakan rakyat
Indonesia.
Agus, S. (2009). SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK.
Retrieved Nopember 15, 2011, from serbasejarah.wordpress.com: http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/18/sosialisme-sebagai-ideologi-politik/
Crosland, A. (1978). Sosialisme Sekarang , dalam Andrew
Blowers dan Grahane Thomson , Ketidakmerataan , Konflik dan Perubahan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Ebenstein, W. (1994). Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta:
Erlangga.
Franz, S. M. (1992). Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Jakarta:
Kanisius.
Prodjodikoro, W. (1981). Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik.
Bandung: Eresco.
Sugiharso, & Yudikusuma. (2011). Makna Pancasila
sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara. Retrieved November 17, 2011, from
id.shvoong.com: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-sebagai-dasar-negara/
Warouw, T. (2011, Nopember 14). IDEOLOGI, PANCASILA, DAN
KONSTITUSI. Retrieved Nopember 17, 2011, from indonesiamedia.com:
http://www.indonesiamedia.com/2011/11/14/ideologi-pancasila-dan-konstitusi/
Winardi. (1986). Kapitalisme Versus Sosialisme. In Winard, Kapitalisme
Versus Sosialisme (p. 204). Bandung: Remaja Karya.
http://jimmydj81.blogspot.com/2012/08/arti-ideologi_2315.html
http://jimmydj81.blogspot.com/2012/08/arti-ideologi_2315.html
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan komentar tentang artikel ini. jimmydj81.blogspot.com berhak menyaring Komentar yang akan ditampilkan.